Senin, 24 Januari 2011

Intervensi Mertua

"Ok, how many times that I've told you, aku ini istrimu, aku ini ingin kamu sayang, ingin kamu bela, ingin kamu hargai, tapi mana, dari dulu sejak kita menikah kamu selalu lebih cenderung ke mamamu, selalu kamu turuti mamamu, mana pernah kamu lihat aku, mana pernah juga kamu bela aku didepan mamamu, apalagi aku selalu terlihat salah didepan mamamu!"

Hmm.. die Frau yakin masalah seperti diatas tadi sering kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari. Adalah hal yang biasa apabila dalam sebuah rumah tangga mengalami perselisihan, namun dilain sisi harus ada batasnya juga lho. Jika melihat kasus diatas, sangat tidak baik jika dalam suatu rumah tangga ada intervensi-intervensi dari pihak-pihak tertentu. Entah itu dari orang tua atau dari teman dekat.

Yang berhak menentukan mau dibawa kemana suatu hubungan rumah tangga adalah suami dan istri itu sendiri. Sedang orang-orang disekelilingnya hanya berhak sebatas memberikan nasehat tanpa harus ikut terlibat lebih jauh.

Menjaga hubungan baik dengan mertua memang susah-susah gampang. Beliau, yang notabene nya adalah ibu dari suami kita, yang merawat suami kita sejak kecil pastinya lebih tau dan mengenal suami kita seperti apa. Oleh karena itu tidak jarang dalam merawat suami kita sering diintervensi oleh mertua kita. Begini salah begitu salah, semua jadi serba salah.

Kalo kita mau untuk berpikir lagi, sebenarnya ndak ada salahnya menuruti apa kata mertua, namanya orang tua pasti selalu ingin yang terbaik buat anak-anaknya, tinggal bagaimana cara kita saja untuk menyikapinya. Adakalanya atau bahkan sering kali jika kita ditegur sama mertua emosi yang duluan muncul, coba deh untuk berpikir dua kali, redam dulu yang namanya emosi. Jika emosi sudah teredam maka kita dapat berpikir jernih. Tidak harus 100 % kita telan mentah-mentah nasehat mertua, kita bisa memilah nya, yang sesuai dengan pemikiran kita bisa dipakai, yang tidak sesuai bisa dijadikan pertimbangan untuk membandingan dengan pemikiran kita. Jika memang benar-benar tidak sesuai tidak usah dipakai. Selesai sudah ..!!

Untuk para suami, jika setiap lelaki telah berani untuk mengarungi kehidupan rumah tangga, maka dia harus siap dengan segala konsekuensinya. Dia harus bisa mandiri, tidak tergantung lagi kepada orang tuanya. Dia berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri terlepas dari bayang-bayang orang tua. Jadilah penengah yang baik antara istri dan orang tua. Tidak usah takut orang tua akan membenci Anda, sepanjang kita selalu bersikap sopan dan hormat, die Frau yakin semua akan baik-baik saja.

Orang tua bagaimanapun adalah manusia biasa yang pastinya tidak ada yang sempurna. Mereka juga pernah berbuat salah. Jika dalam kasus seperti ini, cara mengatasi intervensi dari orang tua yang paling tepat adalah membatasi diri dari setiap pengaruh orang tua dengan tidak mengurangi sedikitpun rasa hormat terhadap mereka. Jika beliau memberi nasehat jangan langsung ditelan mentah-mentah, pikirkan dua kali. Jadilah suami yang tegas, suami yang bisa menjadi pelindung dalam keluarga, suami yang dapat mengayomi anak istri.